Sungkai

Deskripsi: Pohon sungkai tumbuh baik pada ketinggian 0-600 m dari permukaan laut, tetapi dapat tumbuh juga pada ketinggian lebih dari 600.  Tingginya dapat mencapai kurang lebih 22 m dan diameter 60 cm, tersebar di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.  Bentuk batangnya lurus dengan parit kecil.  Kulit luar berwarna abu-abu/sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis.  Kayu teras berwarna krem/kuning muda bergaris-garis, warna kayu gubal sukar dibedakan dengan kayu teras.

Tajuk pohon berbentuk bulat telur.  Daun sungkai majemuk menyirip ganjil, poros bersayap dan letaknya berpasangan.  Bunga dalam kedudukan malai, percabangan lebar-lebar dan letaknya berpasangan dengan panjang 20-40 cm.  Daun mahkota bunga berbulu di bagian luar, berbentuk mangkok pada pangkalnya, berukuran 1-2 mm.  Sungkai dapat dengan sangat mudah ditanam dari stek batang.  Perakaran sungkai menyebar dangkal tanpa atau dengan sedikit akar tunjang (Abdullah, 1991).  Kayu sungkai termasuk kelas awet III, dan kelas kuat II-III.  Daerah penyebarannya meliputi Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat dan seluruh Kalimantan.  Pohon sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama bulan Maret-Juni.  Batang pohon ini kadang-kadang diserang hama penggerek, sedang bagian pucuknya diserang penggerek pucuk.  Kayu sungkai kayu terasnya berwarna krem atau kuning muda, warna kayu gubal sukar dibedakan dengan kayu teras (Martawijaya, 1981).

 

Manfaat: Kayu sungkai bergaris cokelat-hitam tidak terlalu lurus, dapat dipakai untuk bangunan, mebel, lantai, papan dinding, patung dan kerajinan tangan, serta finir mewah (Kartasujana, 1979).  Di Kalimantan Tenggara, seduhan daun sungkai digunakan untuk obat kumur jika sakit gigi.  Di Palembang ada yang menganggap air seduhannya sebagai penolak demam.