Cempedak

Deskripsi: Pohon besar, selalu hijau, mencapai tinggi 15 m atau lebih.  Ranting-ranting dan pucuk dengan rambut halus dan kaku.  Batang silinder membulat di ujungnya;  kulit abu-abu cokelat sampai cokelat tua, berlentisel; kulit dalam pucat sampai kuning, bergetah putih yang berlebihan. Perbungaan tunggal, pendek terletak pada pucuk.  Daun berbentuk bulat telur terbalik sampai jorong, ukuran 5-25 cm x 2.5-12 cm, ujung daun runcing, pangkal membulat atau pasak, tepi daun rata, tulang daun sekunder 6-10 pasang melengkung ke depan; tangkai daun 1-3 cm panjang.  Perbungaan muncul di ketiak daun, pada cabang besar atau pada batang utama, pada pucuk pendek khusus yang berdaun.  Buah semu majemuk, bentuk silinder sampai bulat telur; ukuran 20-35 x 10-15 cm; warna kehijauan, kekuningan atau kecokelatan dengan tonjolan piramidal serupa duri lunak yang rapat atau licin berpetak-petak; menggantung pada batang pendek, setiap buah mengandung banyak biji berbentuk ginjal.

Tumbuh di hutan sekunder, kadang-kadang di hutan primer pada ketinggian 0-1200 m dpl., suhu 3-47 derajat C, curah hujan 1250-2500 mm, jenis tanah yang bersilica tinggi.

 

Manfaat: Buah mentah digunakan sebagai sayur atau dijadikan acar; buah yang matang dimakan segar atau diawetkan dalam sirup.  Kulit kayu, buah dan daun untuk makanan gajah.  Kayunya kuat seperti jati, kulit kayu digunakan untuk tali.  Resin untuk bahan vernis.

Di Kalimantan, cempedak selain dikonsumsi daging buah dan bijinya, kulitnya pun dapat diolah menjadi makanan yang dinamakan mandai atau ada juga yang menyebutknya dami.  Mandai dibuat dengan cara mengupas kulit buah sampai terlihat putih kemudian direndam dengan air garam untuk mengawetkan dan melunakkan teksturnya.  Rencaman dapat dilakukan selama beberapa jam bahkan hingga sebulan.  Mandai biasanya dikonsumsi dengan menggorengnya hingga kecokelatan.