Sawo kecik

Deskripsi: Pohon sawo kecik tingginya mencapai 30 m dan diameter batang lebih dari 100 cm.  Batangnya berbanir tebal dengan tinggi sampai 1,5 m, kulit batang retak-retak dan berbalur.  Daunnya tunggal, terkelompok di ujung ranting, berbentuk bulat telur sungsang, melebar hingga menyorong, lebar berukuran 5-15 cm x 3-8 cm.  Permukaan atasnya licin berwarna hijau tua dan permukaan bawah kelabu kecokelatan.  Bunganya pada ketiak daun, kuncup membulat telur, berwarna putih kekuningan, diameter 1 cm.  Daun kelopak berbentuk segitiga atau bundar telur,  panjang 4,5-7 cm.  Daun mahkota bercuping 18, benangsari 6 tertancap pada leher.

Bakal buah mempunyai 6 ruang.  Buahnya berbentuk bulat telur atau ellip panjang 2-3 cm.  Buah muda berwarna hijau, semakin tua menjadi kuning, orange sampai cokelat merah kehitaman.  Bijinya 1-6 berwarna cokelat tua,.  Akar tunggang, cokelat kekuningan.  Kayunya berwarna merah kecokelatan, tergolong kelas awet I dan kelas kuat I (Sunarto, 1994).  Daerah penyebaran sawo kecik cukup luas, mulai dari Thailand, Indochina, Burma, sampai Australia bagian utara.  Di Indonesia daearah penyebarannya adalah Sumatera bagian utara, Jawa, Madura, Kangean, Bali, Sulawesi, Maluku, dan Sumbawa.  Pohon ini umumnya dijumpai pada daerah-daerah dekat pantai dengan kondisi tanah berpasir, daerah berbatu-batu karang, dan hutan musim sampai pada ketinggian 300 m di atas permukaan laut (Sidiyasa, 1990).  Sawo kecik telah menjadi tanaman langka.  Konservasi in situ telah dilaksanakan dengan menetapkan beberapa daerah habitat sawo kecik sebagai daerah cagar alam di Indonesia, misalnya daerah komplek Hutan Pedau (Sumbawa), Hutan Prapat Agung (Bali Barat), komplek Hutan Purwo (Jawa Timur).  Perkebunan sawo kecik juga telah dilaksanakan di daaerah sumber Klampok (Bali Barat) dan Bitakol (Banyuwangi Utara). (Sunarto, 1994).

 

Manfaat:Di Bali, kayu pohon sawo kecik dipakai untuk bahan baku membuat patung, barang-barang perhiasan, juga untuk mebel.  Di Ujung Pandan dan Bima, kayunya dipakai sebagai tiang rumah yang berdiri di dalam tanah atau lumpur.  Karena sistem perakarannya kuat, pohon ini sangat baik sebagai pohon pengaman sepanjang pantai (shelter belt) untuk mencegah erosi dan abrasi.  Dapat juga dipakai sebagai tanaman pekarangan.  Di Jawa Tengah, bunganya digunakan untuk bahan obat-obatan (Sidiyasa, 1990).  Buahnya enak dimakan.

Sumber : Perpustakaan Kehutanan