Jati

Deskripsi: Tinggi pohon jati antara 25-30 m, namun di daerah yang subur bisa mencapai 50 m tingginya dengan diameter 150 cm.  Batang umumnya bulat dan lurus, kulit kayu agak teba, berbalur dalam sampai agak dalam.  Jati tumbuh baik pada tanah sarang, termasuk tanah yang mengandung kapur.  Jenis ini tumbuh di daerah dengan musim kering yang nyata, tipe curah hujan C-F, jumlah hujan rata-rata 1200-2000 m per tahun, pada ketinggian 0-700 m dari permukaan laut.  Pohon ini berbunga pada bulan Oktober-Juni dan buah masak bulan Juli-Desember.  Hama yang menyerang antara lain bubuk jati (Xyleborus destruens Bldf.) yang menyerang batang, ulat daun jati (Hyblaea puera Cr.,  Pyrausta machaeralis Wlk) yang memakan daun dan rayap (Neotermes tectonae Damm.) dan oleng-oleng

Deskripsi: Pohon ini berukuran besar dengan tinggi sampai 45 m, berbatang lurus dan silindris batang bebas dahan, tingginya mencapai 25 m, dengan diameter sampai 120 cm dan dinding penopang menonjol.  Penyebaran pohon ini dari Bangladesh, Burma, Laos, Vietnam Selatan, Cambodia, Thailand, Kepulauan Andaman, dan semenanjung Malaysia Utara (Soerianegara et al., 1994).

 

Manfaat: Kayu pohon hopea odorata dipakai sebagai merawan.  Kayunya cocok untuk mesin gilas di industri tekstil, tiang, dan konstruksi jembatan atau sebagai alternatif untuk kayu pada sepatu tinggi.  Pohonnya bisa sebagai pohon peneduh.  Kulit kayunya memiliki tanin dan berguna untuk menyamak kulit.  Jenis ini juga menghasilkan damar untuk interior yang berkualitas.  Damarnya bisa juga untuk obat sakit dan luka.  Di Indo-China kayunya dipakai sebagai masticatory (menyirih).  Di Burma, damar ini dipakai untuk vernis cat dan sebagai campuran tinta untuk mengecat gambar, juga dipakai untuk mendempul kapal (Soerianegara et al., 1994).

Sumber : Perpustakaan Kehutanan

(Duomitus ceramicus Wlk.) yang menyerang batang melalui akar.  Penyakit lain disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas solanacearum Smith), jamur upas (Corticium salmonicolor Berk and Br.) dan benalu (Loranthus spp.).

Kayu terasnya berwarna cokelat muda, cokelat kelabu sampai cokelat merah tua atau merah cokelat.   Kayu gubal berwarna putih atau kelabu kekuningan.  Kayu jati termasuk kelas awet II dan kelas kuat II.  Daerah penyebarannya di Indonesia meliputi seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (Lombok dan Sumbawa), Maluku dan Lampung (Martawijaya dkk., 1981).  Penyebaran jati sendiri awalnya berasal dari India, Burma, Thailand dan Laos.  Dari sana jati diperkenalkan ke daerah Jawa.

 

Manfaat: Di Sulawesi Selatan, kulit akar jati dipakai untuk mewarnai bahan anyaman.  Air seduhan jati pada orang Melayu dapat dipakai sebagai obat dalam kolera (Heyne, 1987).  Kayu pohon ini merupakan jenis kayu yang paling dihargai dan banyak dipakai untuk berbagai keperluan, terutama di Pulau Jawa.  Kayu jati sangat cocok untuk segala jenis konstruksi seperti tiang, balok dan gelagar pada bangunan rumah dan jembatan, rangka atap, kusen pintu dan jendela,  tiang lambrizering dan papan bendungan dalam air tawar, bantalan dan kayu perkakas kereta api, mebel, kulit dan dek kapal, lantai (papan dan parket) serta sirap, juga baik untuk sistem interior menara, tong, pipa dan lain-lain dalam industri kimia dan mempunyai daya tahan terhadap berbagai bahan kimia (Martawijaya, 1977).  Kayu jati doreng (bergaris cokelat sampai hitam) dibuat menjadi veneer hias.