Pinus/Tusam

Deskripsi: Tinggi pohon Tusam mencapai 20-50 m dengan panjang batang bebas cabang 2-23 m, diameter sampai 100 cm.  Tajuknya berbentuk piramid, daun dalam ikatan 2, berbentuk janin agak kaku berwarna hijau.  Kulit batang berwarna merah tua, tebal, beralur terpecah kasar.  Bunga majemuk dengan bunga jantan dan betina berkumpul pada pucuk tangkai.  Berbunga pada bulan Maret-Juni selama 6 minggu.  Buahnya kerucut, yang muda berwarna hijau dan tua berwarna kecokelatan, sisik kerucut melebar berwarna kebiruan.  Bijinya bersayap, panjang 2,5 cm dan lebar 8 mm berbentuk seperti telur sungsang agak lancip, dengan panjang 7,5 mm lebar 4,5 mm dan tebal 2 mm.  Biji PInus akan berkecambah antara 8-11 hari, setelah ditanam dalam bak persemaian.  Secara alami pohon Pinus tumbuh meliar di hutan pedalaman Aceh, Tapanuli dan Kerinci (Jambi) pada ketinggian 250-2000 m dpl.  Biasanya tumbuh pada tebing yang curam bekas longsoran serta tumbuh secara berkelompok di atas tanah terbuka yang berasal dari gunung api.  Di Jawa, Bali dan Sulawesi ditanam di daerah pegunungan sebagai hutan produksi dan tanaman reboisasi.  Iklim yang disukai ialah iklim A dan B (klasifikasi Schmidt & Ferquson) (Maryono, 1995).  Hama yang menyerang pohon ini adalah jamur tanah Rhyzoctonia sp.dan Fusarium sp.  Di hutan alam tegakan Tusam banyak diserang hama ulat dari kupu-kupu Millionia basalis Wlk.  Kayu pohon ini termasuk kelas awet IV dan kelas kuat III (Martawijaya, 1977).

 

Manfaat: Kayu Tusam dapat dipergunakan untuk konstruksi ringan, bangunan perumahan, lantai, mebel, korek api dan tusuk gigi, papan wol kayu dan kayu lapis.  Getahnya dipakai untuk bahan minyak terpentin dan damar.  Kayu ini juga dapat dipergunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas.  Tanaman ini juga sebagai tanaman penghijauan (Martawijaya dkk, 1989).  Pinus ternyata sangat peka terhadap abu berasal dari letusan gunung dan mudah mati oleh karenanya.  Reboisasi sejak tahun 1936 di Bali dengan Pinus punah sekaligus karena letusan Gunung Agung tahun 1963.