Ketapang

Deskripsi: Pohon Ketapang tingginya 10-35 m.  Daunnya tersebar sebagian besar terkumpul di ujung ranting, bulat telur terbalik oval panjangnya 15-31 cm.  Benangsarinya dalam 2 lingkaran lima-lima, pada yang berkelamin 2 dan bunga jantan muncul keluar jauh,  pada bunga betina dan tidak berkelamin lebih pendek dan steril.  Tangkai putik sangat pendek atau tidak ada.  Buah batu bersegi 2,5-7 x 4-5,5 cm kerapkali merah tua (Steenis, 1987).  Tumbuh liar di dataran rendah Nusantara sampai 800 m di atas permukaan laut, terutama di daerah panas dan dekat pesisir (Heyne, 1987).  Pohon ini mula-mula berasal dari India kemudian menyebar ke Indo-China dan Thailand, dilanjutkan ke wilayah Malaysia sampai Australia dan Polynesia, dan disebarkan ke daerah-daerah tropik (Lemmens et. al, 1995).  Tajuk daunnya tidak berkumpul menjadi satu namun jelas sekali berlapis-lapis.  Cabang-cabangnya muncul dari batang secara serentak pada satu bidang yang sama, sehingga cabang itu tumbuh mendatar.  Baik daun maupun kulit batang dan akarnya mengandung tannin.  Buah Ketapang sebesar 4 x 6 cm berupa buah batu yang merah tua.  Bentuknya lonjong dan biji di dalamnya terasa gurih dan enak (Suseno, 1991).

 

Manfaat: Menurut K. Heyne, air rebusan akar-akar Ketapang dipakai untuk obat beser, radang selaput lendir usus dan mejen.  Kulit kayu dari daun-daunnya digunakan untuk menyamak kulit mencat hitam kain dan membuat tinta.  Daun ketapang berkhasiat sebagai pelarut keringat, pembalut pembengkakan rhematis.  Inti buah ini dapat dimakan mentah.  Pohon Ketapang dapat digunakan sebagai pohon peneduh di halaman rumah atau di sepanjang jalan.