Angsana

Deskripsi: Pohon Angsana tingginya dapat mencapai 40 m dan diameter 1-1,5 m, dengan banir sampai 2 m tingginya dari permukaan tanah.  Batangnya lurus dengan alur-alur dangkal dan disana sini terdapat buku-buku berukuran kecil dan besar.  Daunnya majemuk, berselingan, berbentuk bundar telur dan pada musim kemarau rontok.  Di Indonesia, Malaysia dan Filipina, tumbuhnya tersebar secara alami di sekitar pantai dan di dalam hutan alam campuran.  Umumnya pohon ini tumbuh dengan baik sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut, pada tanah berpasir, dalam dan gembur atau tanah berbatu-batu.  Kayunya berwarna cokelat keemasan atau kuning sampai merah. Kekuatan dan keawetannya termasuk kelas II.  (Direktorat HTI, 1991).  Bunganya majemuk, berbentuk tandan di ujung cabang dan di ketiak daun, berbulu berwarna jingga.  Buahnya polong, berbentuk bulat, pipih, bersayap dengan diameter 5 cm, berisi 2-6 biji, warna hijau.  Bijinya berbentuk bulat warna cokelat.  Akarnya tunggang, bercabang dan berwarna putih kotor (Syamsuhidayat, 1991).  Tumbuhan ini diperbanyak dengan stek, tunggul dan biji (Lembaga Biologi Nasional, 1977).

 

Manfaat: Kayu Angsana dapat digunakan antara lain untuk pembuatan alat-alat tulis, rumah tangga, papan dinding, kayu lapis, bahan bangunan, lantai, patung, ukiran, kerajinan tangan, vinir mewah dan perahu (Direktorat HTI, 1991).  Begitu pula untuk lambrizering dalam interior kapal mewah.  Kayu ini dihargai sebagai kayu mebel kelas satu.  Di Pulau Ambon dulu didapatkan kayu angsana yang bertekstur kayu gembol, dinamakan Ambous Wartekous dan sangat digemari untuk pembuatan kepala pipa cangklong.  Seperti namanya, kayu demikian terdapat pada gembol akar angsana, dan diperjualbelikan dengan harga tinggi menurut bobotnya per kilogram.  Menurut Poerwokoesomo, kulit batang pohon ini bisa untuk kekumur sakit sariawan di mulut, sedangkan daunnya untuk tutup bisul.  Bunga angsana berwarna kuning dan harum baunya serta mengandung minyak atsiri, sehingga dipakai untuk membuat wangi-wangian.  Uhaedi dkk berpendapat bahwa pepagannya menghasilkan getah "kino" atau "getah naga".  Parutan pepagannya disebut untuk obat disentri.  Pohon ini dianjurkan untuk ditanam di lahan terbuka dan semak belukar untuk mencegah erosi dan dapat menyuburkan tanah dengan mengikat nitrogen.  Bunga dan daunnya yang muda dapat dimakan.